Rabu, September 24, 2008


didukung oleh: antownholic.com, dee-adp.blogspot.com, pencakarlangit.blogspot.com, questionquince.blogspot.com, dessycherrypone.blogspot.com, greicheanwar.blogspot.com, raygatrasadi.blogspot.com, keiraadzra.blogspot.com, nadhiramalena.blogspot.com, bundadanulya.blogspot.com, obrolanwanita.blogspot.com, yudhistira31.wordpress.com, kepak-kepik.blogspot.com, rayyanzahra. blogspot.com
1. Copy gambar diatas lalu posting di blogmu2. Lanjutkan tag ini minimal ke 5 blogger muslim yang kamu kenal. Jangan lupa tinggalkan komentar pada blog mereka ya.3. Tulis alamat blogmu (dibawah gambar) setelah alamat blog pemberi tag.
***************

T0to:Teman gue ini cool, serius kalo gawe ...trus..ramadhan ini dia jadi tambah rajin..."Nyender di LL"... sukses terus...

Dian : Mbak yang satu ini ... cukup rajin jalan ke lantai gue...maksi bareng .. ketawa-ketiwi..rada gokil kalo becanda... suka pinjemin gue buku ...(ditunggu..buku barunya ya...)

Mbak Iin : Biarpun jarang ktemuan...(paling dia telpon gue, itupun kalo ngasih kerjaan ..he...he..) .orangnya cukup rame..puasa udah "kalah" berapa hari nih?

Mbak Nova : Wah si Ibu ini mah paling top abis kalo soal...ngobrol di blog....kapan mampir lagi ke Lt 2?..

Mo numpang ngucapin juga nih:

"Selamat Idul Fitri 1429H - Taqobalallahu minna wa minkum"

Mohon maaf lahir batin kalo ada sale-sale kate...

Jumat, September 19, 2008

Petuah untuk murah rezeki dan dijauhkan kesulitan

Abu Yazid Al Busthami, pelopor sufi, pada suatu hari pernah didatangi seorang lelaki yang wajahnya kusam dan keningnya selalu berkerut. Dengan murung lelaki itu mengadu,"Tuan Guru, sepanjang hidup saya, rasanya tak pernah lepas saya beribadah kepada Allah. Orang lain sudah lelap, saya masih bermunajat. Isteri saya belum bangun, saya sudah mengaji. Saya juga bukan pemalas yang enggan mencari rezeki. Tetapi mengapa saya selalu malang dan kehidupan saya penuh kesulitan?"

Sang Guru menjawab sederhana, "Perbaiki penampilanmu dan rubahlah roman mukamu. Kau tahu, Rasulullah SAW adalah penduduk dunia yang miskin namun wajahnya tak pernah keruh dan selalu ceria. Sebab menurut Rasulullah SAW, salah satu tanda penghuni neraka ialah muka masam yang membuat orang curiga kepadanya." Lelaki itu tertunduk. Ia pun berjanji akan memperbaiki penampilannya.

Mulai hari itu, wajahnya senantiasa berseri. Setiap kesedihan diterima dengan sabar, tanpa mengeluh. Alhamdullilah sesudah itu ia tak pernah datang lagi untuk berkeluh kesah. Keserasian selalu dijaga. Sikapnya ramah,wajahnya senantiasa mengulum senyum bersahabat. Roman mukanya berseri. Tak heran jika Imam Hasan Al Basri berpendapat, awal keberhasilan suatu pekerjaan adalah roman muka yang ramah dan penuh senyum.Bahkan Rasulullah SAW menegaskan, senyum adalah sedekah paling murah tetapi paling besar pahalanya.

Demikian pula seorang suami atau seorang isteri. Alangkah celakanya rumah tangga jika suami isteri selalu berwajah tegang. Begitu juga celakanya persahabatan sekiranya dikalangan mereka saling tidak berteguran. Sebab tak ada persoalan yang diselesaikan dengan mudah melalui kekeruhan dan ketegangan. Dalam hati yang tenang, pikiran yang dingin dan wajah cerah, Insya Allah, apapun persoalannya nescaya dapat diatasi. Inilah yang dinamakan keluarga sakinah, yang didalamnya penuh dengan cinta dan kasih sayang. (by: "rieta"
rit-smg@cni.co.id)

Senin, September 15, 2008

Qonaahnya Sang Istri

Melihat Faris tidur, Dwi bergegas memberesi semua baju-baju kotor yang tertumpuk di pojok kamar mandi. Karena sedikit tergesa baju daster yang dikenakannya terkait sebuah paku yang menyembul di antara pintu kamar mandi. Syukur tidak robek, hanya jahitan pinggirnya yang terlepas. Kalau melihat dasternya yang mulai kelihatan buram warnanya, dengan jahitan tangan disana-sini, terkadang ada rasa keluh dihatinya. Tadi lagi-lagi sedikit tepinya robek,dan dijahit. Dua daster penggantinya semuanya masih kotor, barusan satu kena muntah Faris, bayinya. Dan yang satu lagi memang baru dipakai kemaren sore. Keduanya nasibnya sama, memprihatinkan.

Dia meringis kecut, memang usia ketiganya sama dengan lama dia hijrah ke Surabaya, saat awal akan kuliah dulu.Mama membawakan 3 daster manis-manis, waktu itu.Sekarang, dia masih tetap pakai, karena belum ada adik baru bagi baju harian ini.Gaji suaminya yang dosen baru gak cukup untuk dia sisihkan buat beli baju.Selalu saja,kumpulan uang yang dia sisihkan untuk niat beli baju gak kesampaian.3 Bulan kemaren Faris kehabisan susu,sementara gaji suaminya sebagiannya digunakan untuk bayar kontrakkan rumah mungilnya sekarang,.Dan bulan ini mesthinya uang yang dia kumpul cukup untuk memenuhi keinginannya itu, tapi kemaren sore terpaksa dipakai buat obat Faris yang sudah 3 hari ini gak enak badan, panas dan muntah terus.

Sambil terus mengis iair di bak-bak cucian,pikirannya melayang ke masa gadisnya dulu.Berasal dari keluarga berada ,tentu saja semua yang dia inginkan terpenuhi.Baju seperti yang dia pakai sekarang ini mungkin mama sudah pakai buat lap dapur,atau buat kain pel.Tapi sekarang kehidupan awal rumah tangganya yang memang mulai dari nol,mengharuskan dia benar-benar pandai mengatur uang.gaji suaminya.Tapi memang inilah konsekwensi dari pilihannya.

Dia ingat benar pesan ustadzahnya,jadi istri memang harus pandai pandai mengatur uang belanja.Pandai memprioritaskan mana yang dibutuhkan terlebih dulu. Butuh,bukan ingin.Kebutuhan memiliki prioritas yang bertingkat-tungkat.jauh setelah itu barulah keinginan.Itupun juga harus dipilah lagi keinginan yang bagaimana. Selalu qonaah terhadap pemberian suami., berapapun itu besarnya.Anggap bahwa apa yang ada di genggamanmu itu cukup,dan jangan pernah berpikir tidak cukup.Terima dengan ikhlas, dan jangan banyak mengeluh.Selama kita senantiasa mampu mensyukuri “pembagian” dari Allah itu, niscaya Allah akan senantiasa menambah rezekiNya pada kita.dan pesan itu melekat benar dalam hatinya.

Ketika datangnya pinangan Iman kepadanya,memang mama dan papah terlihat ragu. Bagaimana tidak, Iman yang dikenalnya sebagai kakak kelasnya yang aktifis masjid kampus memang baru saja bekerja sebagai dosen, belum ada setahun,dan baru saja selesai pra jabatan. Dia sendiri masih menyelesaikan tugas akhirnya sehingga jelas sudah didepan kedua orang tuanya kehidupan bagaimana yang akan dilalui olehnya bila bersuamikan Iman. Tapi hatinya tetap teguh, rezeki itu datangnya dari Allah. Pernikahan itu akan banyak membukakan pintu rezeki pada kita, bahkan dari tempat yang kita tidak terpikir sebelumnya. Itu juga pesan sang ustadzah ketika dia mengutarakan keberatan orang tuanya.

Dan memang benar, dengan tekad bulat menjalankan sunnah Rasullullah, akhirnya kedua orang tuanya melepas kepergiannya. Menyerahkannya pada Iman,laki-laki yang sekarang menjadi suaminya.Soal rezeki memang turun naik.Tetapi sampai saat ini alhamdullillah dapurnya selalu mengepul. Meski dosen baru, ajakan mengerjakan proyek sering datang, sehingga mereka bisa kumpulkan uang itu untuk membayar kontrakkan rumah dan terkadang SPPnya. Membayar biaya persalinan buah hati pertama mereka dan sedikit simpanan,yang terkadang terpaksa terpakai juga kalau ada kebutuhan mendesak yang lain.

Belum sempat memang dia membeli sepotong tambahan bajupun sejak pernikahannya yang kali ini sudah menginjak bulan yang ke 16.Tak apa, toh membeli baju sampai saat ini masih termasuk katagori keinginan bagi dia,bukan kebutuhan.Dia pikir dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit sisa belanja mungkin suatu hari juga akan bisa juga mendapatkan sepotong baju. Baju-baju yang dia punya dari zaman gadisnya beberapa masih cukup pantas untuk dipakai.Hanya beberapa yang nampak sudah kelihatan cukup tua. Dasternyalah yang karena paling sering dipakai yang sering membuatnya tergoda mendapat yang baru lagi. Apalagi kalau pas datang ke rumah beberapa teman yang sudah mapan, dan melihat mereka mengenakan pakaian yang cukup lumayan, kadang godaan mulai menggoyahkan.

Lamunannya melayang mendengar ketukkan keras pintu depan. Khawatir tidur Faris terbangun dengan berjingkat-jingkat dia intip sosok di depan pintu yang di kenal betul.Mbak Irah,penjual rongsokkan yang sebulan sekali datang kerumahnya,siap membeli barang bekas apa saja.Kadang kertas-kertas,kadang botol-botol bekas kecap, minyak, atau sirup, atau botol-botol obat. Lumayan,meski tidak banyak, paling tidak bisa buat tambahan belanja. Rasanya sudah lebih dari dua bulan mbak Irah tidak mampir ke rumahnya. “Masuk mbak,” Dwi mempersilahkan Mbak Irah yang perutnya kelihatan makin membuncit.Anak yang ketiga katanya,subhanallah.Dengan kondisi perut 8 bulanan begitu masih juga dia mengangkat barang-barang rongsokkan berjalan kaki dari Keputih sampai KenjeranMeski terkadang kelihatan dia bersama dengan suaminya yang membawa sepeda pancal dan gerobak kecilnya.

“Sebentar mbak yah,kok lama gak kelihatan..”kata Dwi sambil berjalan masuk mengambil botol dan kertas yang dia kumpulkan. Lumayan banyak karena lebih dari dua bulan. “Iya mbak, saya libur di rumah dulu sementar.”kata mbak Irah, matanya nampak sendu. “Sakit ya mbak,” tanya Dwi sambil berjongkok,menata botol dan kertas-kertasnya. Mereka hanya duduk pada selembar karpet sederhana.Belum ada Sofa di rumahnya. “Nggak mbak, suami saya barusan meninggal, “jawab mbak Irah datar. Dwi sedikit terkejut.

“Inna lillahi wa inna lillahi roojiun,”spontan ucapan Dwi.“Dua hari setelah kami mampir kesini dua bulanan yang lalu, suami saya tertabrak truk.Bawaanya terlalu berat waktu itu, jadi oleng pas ada bemo melintas cepat di sampingnya. Sayangnya jatuhnya ke samping,di jalan. Bersamaan dengan itu ada truk yang melintas dan menabraknya. Cukup parah, sehingga hanya sehari di rumah sakit Gusti Allah memanggilnya,” cerita mbak Irah mengalir tanpa diminta.

Yang mendapat cerita hanya tertegun, matanya berkaca-kaca. “Masya Allah,semoga Allah melapangkan kubur suami mbak Irah. Mbak Irah yang sabar ya menerima ujian Allah ini,. Insha Allah semua ada hikmahnya.”

Dwi menatap iba wanita di depannya.Ya Allah berat benar cobaan wanita ini,sebulan lagi mau melahirkan anak ketiganya, ditinggal mati suaminya pula.Masha Allah. “Iya Mbak, insha Allah.saya ikhlas kok,begitupun anak-anak.Mereka tahu kalau ayahnya dipanggil Gusti Allah.Karena Gusti Allah sayang sama ayah mereka,’katanya sambil tersenyum.Senyuman yang nampak tulus dan ikhlas.

Wanita itu diam.Sebentar kemudian wajahnya menatap Dwi.Sedikit ragu dia berucap: “Mbak, kalau Mbak memiliki pakaian yang sudah tak terpakai, bolehkah buat saya.Atau mungkin dari teman Mbak yang lain.Semua pakaian saya sudah seperti ini." Wanita malang itu menunjukkan bajunya yang sudah banyak tembelan disana sini. “Itu kalau ada loh Mbak,’katanya lagi.

Mata Dwi menggenang,lamunannya barusan sekilas teringat lagi.Wanita itu lebih butuh dari aku,hatinya berkata. “Insha Allah Mbak,saya coba carikan nanti. Seminggu lagi datang ya. Saya coba tanyakan teman-teman juga,” janji Dwi. “Ini delapan ratus perak Mbak,,’kata Irah menyerahkan uang hitungan botol-botol dan kertas dari Dwi. “Ambil saja Mbak, kali ini buat anak-anak sampeyan saja.” Dwi menolak uang yang disodorkan Mbak Irah. “Tidak mbak, ini kan uang penjualan barang-barang ini.Saya tak mau.Ini hak Mbak Dwi,”tolak Irah pula dan meletakkan uang receh delapan ratus itu ke box buku di depannya. “Iya deh , alhamdullillah terima kasih,”jawab Dwi akhirnya, dan memungut uang itu. ”Saya terima,tapi tolong simpankan uang ini buat anak-anak sampeyan ya.Mungkin butuh buat beli susu mereka.” Dwi menggenggamkan recehan uang itu ke tangan Irah. Mata wanita malang itu berkaca-kaca. “Terima kasih banyak Mbak.Semoga Gusti Allah membalas kebaikkan mbak,”kata Irah sambil berdiri dan memohon diri. “Amin.” Ditutupnya pintu kembali,dan menjawab salam Irah yang berlalu menjauh.

Terdengar suara tangis Faris yang terbangun. Diangkatnya bayinya dan berbisik di telinga si kecil, “Kita masih lebih beruntung nak daripada keluarga mbak Irah.Ummi harus lebih banyak qonaah dan belajar dari mereka-mereka itu,” Ujarnya lirih sambil mendekap buah hatinya.

*) Eramuslim - Kenangan pertengahan 1997, seperti diceritakan “Mbak Dwi” kepada saya,tentang mbak Irah. Halifax, Ramadhan 22, 1424H

Kamis, September 11, 2008

Pelajaran dari Al-Qamah

Oleh : Usman Al Hudawy

Semasa hayat Rasulullah Muhammad SAW ada satu kejadian pada diri seorangsahabat bernama Al-Qamah. Sejak masa muda ia dikenal saleh. Patuh, setia, dan taat beragama. Al-Qamah selalu ada di shaf depan di antara sahabat lainnya setiap shalat berjamaah. Ia juga dikenal sangat santun terhadap ibunya. Ayahnya sudah meninggal, segala kepentingan ibunya tidak ia abaikan. Tak sampai hati ia membiarkan ibunya mengambil air.
Sesudah Al-Qamah beristri dan tinggal di rumah sendiri, disengaja atau tidak, ia kurang memberi pelayanan kepada ibunya. Tetapi, ibunya tidak melapor tentang kekurangannya, hanya diam saja. Orang sekitar tak tahu bahwa ibu Al-Qamah sakit hati. Kemudian, terbetik berita bahwa Al-Qamah sakit. Sakitnya tambah berat.
Para sahabat berjaga-jaga ketika tampak ia seperti mau meninggal, merekasilih berganti untuk mentalqinkan, "Laa ilaaha illallaah ..." tapi apa yang terjadi? Beberapa kali mereka coba mengulang, namun lidah Al-Qamah tidak bergetar, tidak dapat mengikuti, lidahnya kelu dan kaku. Salah seorang sahabat melapor kepada Rasulullah tentang situasi ini. Segera Rasulullah datang. Rasulullah menyuruh seorang sahabat menjemput ibu Al-Qamah. Kepada ibunya Rasul bertanya, apa tingkah Al-Qamah yang memberatkan dirinya ini?


Jika ada dosa terhadap ibunya sendiri maka segera dimaafkan! Ibunya menyebutkan bahwa anaknya itu orang baik dan taat kepada Allah. "Saya ini sedih ya Rasul, sesudah ia berumah tangga sangat kurang perhatiannya kepada saya, sebab itu saya tidak memaafkannya," katanya. "Kalau begitu," ujar Rasulullah, "Ayo para sahabat kumpulkan kayu bakar, supaya Al-Qamah ini dibakar saja." Mendengar sikap tegas Rasul, menangislah ibu itu sambil meronta-ronta. "Wahai Rasulullah, maafkan saya ya Rasul, jangan anak saya dibakar, saya mohon jangan ya Rasul. Saya sudah memaafkan Al-Qamah, saya sudah maafkan dia.''

Kata maaf dari lidah ibu itu amat spontan, saat itu juga lidah Al-Qamah lentur. Selesai ia menuturkan kalimat tauhid, terberitalah ia telah meninggalkan dunia. Nyaris ia termasuk ke dalam golongan umat yang disabdakan Rasul, yang artinya: "Tidak seorang hamba pun yang dianugerahi rezeki oleh Allah SWT kemudian dia tidak menunaikan hak kepada kedua orang tuanya, kecuali Allah menghapuskan amal baiknya dan menyiksanya dengan siksa yang pedih."

Kejadian pada Al-Qamah suatu kisah singkat tapi mengajak untuk jadi renungan bermakna. Memang, ada orang mengatakan tiada sukar untuk berbakti kepada ibu-bapak. Gara-gara sibuk mengurus kebutuhan rumah tangga, ditambah ada saja permintaan sang istri tanpa sengaja ibu sendiri di rumahnya terlupakan. Apalagi kalau memang istri tidak peduli atau kurang suka pada mertuanya, sangat mungkin sang suami tiada dapat melayani. Semoga kita terlepas dari sikap durhaka kepada orang tua.

Rabu, September 10, 2008

Amal Duniawi

Oleh : Sabrur R Soenardi

Pada suatu hari, Rasulullah SAW menjenguk Fatimah yang sedang menggiling tepung dengan alat penggiling. Nabi heran, karena Fatimah tampak menangis. Mengapa? Putri Rasulullah ini mengaku air matanya meleleh karena kesibukannya yang terus silih berganti tiada henti. Kepada ayahnya, Fatimah mengungkapkan keinginannya untuk memiliki budak yang bisa membantu semua pekerjaannya di rumah.

Nabi pun mendekati tempat penggilingan. Beliau lalu menghibur putrinya, ''... Allah berkehendak mencatat kebaikan, menghapus keburukan, dan mengangkat derajatmu jika engkau menunaikan tugas-tugas keseharianmu sebagai seorang istri dengan baik.'' Rasulullah kemudian bersabda bahwa seorang wanita yang dapat berperan sebagai istri yang baik bagi suaminya, serta sebagai ibu yang baik bagi anak-anaknya, maka Allah memberinya derajat yang sangat mulia.

Dalam kesempatan lain beliau juga menjelaskan, jika seorang ibu meminyaki sendiri rambut anak-anaknya, menyisirinya, mencuci baju-baju mereka sendiri, maka pahala yang ia peroleh laksana amal memberi makan seribu orang yang lapar dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang (tak mempunyai pakaian). Kisah dan hadis di atas memberi pemahaman yang dalam kepada kita, bahwa hendaknya kita tidak membuat dikotomi atas amal kita antara yang "duniawi" dan "ukhrawi", sehingga kemudian kita mengunggulkan yang satu dan meremehkan yang lain. Sebab, tidak jarang, apa yang kita anggap remeh ternyata sebenarnya mengandung kemuliaan yang sangat tinggi. Kita seringkali, mungkin, berpikiran bahwa amal-amal yang mulia yang "ukhrawi", yakni yang kental nuansa ritual-sakralnya, misalnya jihad fi sabilillah, haji, shalat nafilah, zikir, dan tadarus. Kesibukan sehari-hari, misalnya, kerja di kantor, di pabrik, di toko, di jalan-jalan, demi menafkahi keluarga di rumah, atau kesibukan di dalam rumah semisal mengurus rumah dan mengasuh anak, yakni amal-amal profan, "duniawi", kita anggap remeh-temeh, biasa-biasa saja, bukan amal yang utama nan mulia. Padahal, merujuk pada kisah dan sabda Rasul di atas, jelas sekali bahwa Pemahaman seperti itu keliru. Dalam sudut pandang dan skala tertentu, amal-amal profan, "amal-amal duniawi" justru sangat tinggi nilainya di hadapan Allah, selama dilakukan dengan cara dan niat yang baik, sesuai tuntunan yang disunahkan Rasul. Suatu kali, ketika Rasul sedang berkumpul dengan sahabat-sahabatnya, ada seorang pemuda yang kekar dan perkasa lewat. Para sahabat berkata, "Ah, andaikan kekekaran dan keperkasaannya digunakan untuk berjihad di medan perang sabilillah, betapa bagusnya." Tapi, apa komentar Rasulullah?
Beliau sama sekali tidak sepakat dengan cara pandang parsial seperti itu. "Andaikan ia masih punya orang tua di rumah, ia lebih baik menggunakan kekuatannya untuk mengurus orang tuanya daripada berjihad. Atau, jika dengan keperkasaannya itu ia bekerja mencari nafkah buat dirinya sendiri agar tidak bergantung pada orang lain, itu jauh lebih baik daripada jihad."

Rabu, September 03, 2008

DOA DI BULAN RAMADHAN

Oleh Ihsan Tandjung

Dalam rangkaian ayat Al-Qur’an mengenai puasa di bulan Ramadhan terselip suatu ayat yang secara khusus membicarakan soal berdoa. Di dalamnya Allah subhaanahu wa ta’aala perintahkan orang beriman untuk berdoa kepadaNya. Dan Allah subhaanahu wa ta’aala berjanji untuk mengabulkan doa siapapun asalkan memenuhi tiga syarat: (1) Memohon hanya kepada Allah subhaanahu wa ta’aala, bukan selainNya. (2) Memenuhi segala perintahNya dan (3) Beriman kepada Allah subhaanahu wa ta’aala sebagai Rabb yang Maha Kuasa mengabulkan permintaan dan menetapkan taqdir segalanya.

أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah ayat 186)

Bulan Ramadhan merupakan bulan di mana orang beriman mempunyai kesempatan begitu luas untuk berdoa kepada Allah subhaanahu wa ta’aala. Dan waktu-waktu mustajab (saat doa berpeluang besar dikabulkan Allah) tersebar dalam beberapa momen khusus sepanjang Ramadhan.

ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالْإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Ada tiga golongan yang doa mereka tidak ditolak: (1) orang yang berpuasa hingga ia berbuka, (2) imam yang adil dan (3) doa orang yang dizalimi.” (HR Tirmidzi 3522)

Subhanallah…! Dalam hal berdoa orang berpuasa disetarakan dengan pemimpin yang adil dan orang terzalimi. Doa orang berpuasa mustajab. Didengar, tidak ditolak Allah subhaanahu wa ta’aala. Bahkan dikabulkan insyaAllah. Setiap orang yang faham hadits ini sangat bergembira menyambut Ramadhan. Sebab itu berarti selama 29 atau 30 hari selama ia berpuasa peluang doanya dikabulkan Allah subhaanahu wa ta’aala sangatlah luas…!
Dan terlebih lagi saat menjelang berbuka ketika menanti tibanya azan Magrib. Kita harus memanfaatkan waktu sebaiknya untuk berdoa saat itu. Maka, saudaraku, manfaatkan kesempatan emas menjelang berbuka dengan mengajukan berbagai permintaan kepada Allah ta'aala. Sebab sebagian masyarakat kita malah menghabiskan waktu dengan ngobrol tidak karuan menjelang magrib di bulan Ramadhan. Padahal coba perhatikan hadits berikut:

سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِلصَّائِمِ عِنْدَ فِطْرِهِ لَدَعْوَةً مَا تُرَدُّ

“Sesungguhnya orang yang berpuasa memiliki doa yang tidak tertolak pada saat berbuka.” (HR Ibnu Majah 1743)

Lalu apakahlafal khususNabi shollallahu ’alaih wa sallam menjelang ifthor berbuka puasa? Beliau membaca sebagaimana dijelaskan dalam hadits di bawah ini:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ ذَهَبَ الظَّمَأُ
وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

“Jika Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam berbuka, ia berdoa: Dhahabazh-zhoma-u wab tallatil-'uruq wa tsabbatal-ajru insyaa Allah “Telah hilang dahaga, telah basah urat-urat dan semoga ganjaran didapatkan, insya Allah.” (HR Abu Dawud 2010)

Mengapa di dalam doa berbuka Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengatakan: ”...dan semoga ganjaran didapatkan, insya Allah.”?
Karena sesungguhnya yang sangat diharapkan bukan semata kegembiraan pertama sewaktu berbuka di dunia, melainkan yang lebih diharapkan orang beriman ialah kegembiraan kedua yaitu saat bertemu Allah ta’aala di hari berbangkit kelak. Orang beriman ketika itu bergembira berjumpa Allah ta’aala karena puasanya sewaktu di dunia diterima olehNya. Demikianlah Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda dalam hadits sebagai berikut:

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ

Bagi orang yang berpuasa terdapat dua kegembiraan. Kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan saat kelak perjumpaannya dengan Allah ta’aala karena ibadah puasanya.” (HR Bukhary 1771)

Hidup manusia di dunia adalah pergantian antara susah dan senang. Maka selama bulan Ramadhan khususnya, marilah kita membaca yang Nabi shollallahu ’alaih wa sallam biasa baca ketika menghadapi keadaan susah maupun menerima karunia. Untuk mengantisipasi kesusahan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam melazimkan kalimat istighfar sebagaimana hadits berikut:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa yang tetap melakukan istighfar, maka Allah subhaanahu wa ta’aala akan membebaskannya dari segala kesusahan dan melapangkannya dari setiap kesempitan serta akan memberinya rezeki dari jalan yang tidak diduganya.” (HR Abu Dawud 1297)

Sedangkan ketika menerima karunia, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menganjurkan kita membaca sebagaimana hadits berikut:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَى عَبْدٍ نِعْمَةً فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ إِلَّا كَانَ الَّذِي أَعْطَاهُ أَفْضَلَ مِمَّا أَخَذَ

“Setiap orang yang diberi karunia Allah ta'aala lalu ia membaca ‘Alhamdulillah’, maka Allah ta’aala akan berikan yang lebih utama daripada apa yang telah ia terima.” (HR Ibnu Majah 3795)

Ya Allah, basahi lidah kami dengan mengingatMu selalu. Cerdaskan kami dalam mengajukan doa-doa kepada Engkau sesuai situasi dan kondisi kami masing-masing mengikuti teladan NabiMu Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Ya Allah, berkahilah kami di bulan Sya’ban dan Ramadhan. Amin ya rabb...