Rabu, Februari 11, 2009

Menguji Ketulusan Suami-Istri, Mudah!

Apa yang dilakukan seorang istri ketika mendapati sang suami menderita sakit? Tentu selain kehendak Allah yang menyembuhkan, obat dan dokter yang membantu penyembuhan, adalah sentuhan hangat dan pelayanan yang tulus dan sang istri-lah yang membuat suami bersemangat untuk kembali sehat.

Ia begitu ikhlas membasuh setiap peluh yang bergulir disekujur tubuh suaminya. Jika perlu ia takkan memejamkan matanya sedetikpun untuk menjaga dan memastikan dirinya menangkap setiap keluhan sang suami saat sakit. Istri begitu setia menemani suaminya agar tetap merasa hangat saat menggigil kedinginan atau bahkan melindungi, mendekapnya saat ketakutan akan bayang-bayang kematian, makium, saat sakit biasanya setiap orang akan merasa dekat dengan kematian.

Dengan tulus sang istri menyuapi makan suaminya, membopongnya ke kamar kecil, memandikannya bahkan jika perlu menggantikan sementara posisi sang suami mencari nafkah jika suami menderita sakit cukup lama. Padahal disaat yang sama, anak-anak mereka tetap membutuhkan perhatian dan kasih sayang orangtuanya, bimbingan dan belaian hangat serta didikan dan tutur lembut ibu mereka. Itu semua dijalani sang istri tanpa sedikitpun keluhan.

Dan semua yang dilakukannya, tergambar indah ketulusannya. Bahwa sikap manisnya tidak hanya saat sang suami sehat, cintanya tetap dan tidak berubah meski sang suami dalam kondisi tak berdaya, bahkan kelembutannya makin terasa menghangatkan tubuh suami yang lemah. Kasih dan sayangnya begitu membangkitkan gairah suami untuk sembuh dan sakit, perhatiannya tidak berkurang setitikpun. Saat itulah sang suami menyadari, betapa makhluk lembut yang sering tidak diperhatikannya itu, begitu tulus dan ikhlas atas dasar cinta dan kasih sayang yang kuat.

Kemudian bandingkan ketika si istri yang menderita sakit. Belum tentu setiap suami mampu memberikan ketulusan yang sebanding dengan apa yang pernah diberikan istrinya. kebanyakan suami berpikir, dengan membawa sang istri kedokter atau membiayai rawat inap di rumah sakit, ia telah menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya. Kebanyakan suami juga, lebih sering meminta bantuan perawat untuk membasuh peluh istrinya, memandikan, menyuapi makannya dan melayani kebutuhannya selama sakit. Ia juga, lebih cenderung menitipkan anak-anak ke neneknya atau saudara yang lain saat istri sakit. Selain itu, Ia pun sibuk menelepon sanak famili untuk bergantian menjagai istrinya di malam hari. Bisa dipahami jika saat jam kerja, karena setiap laki-laki harus mencari nafkah.

Ketahuilah, istri juga butuh kasih sayang yang tulus seperti yang pernah Ia berikan kepada suaminya, baik saat sehat terlebih saat menderita sakit. Istri juga ingin diperhatikan, ia juga ingin suaminya selalu menemani disaat-saat sendiri dan kesepian, apalagi saat dicekam derita. Ia mungkin sering menangis dalam deritanya, namun saat itu kita tengah terlelap, dalam sakitnya juga seringkali ia tak memejamkan matanya memikirkan anak-anaknya, tangannya sibuk membelai kepala sang suami yang tertidur disampingnya sambil mengkhawatirkan kesehatan suaminya. Tak lupa sesekali ia mengingatkan agar suaminya tidak lupa makan dan banyak beristirahat.

Nah, jika demikian, tentu kita tahu dan bisa mengukur batas ketulusan kita terhadap istri selama ini. Tentu ada bahkan banyak pula suami-suami yang begitu tulus dan cintanya mengurusi istri, jika demikian, tulisan diatas hanya mengingatkan saja, agar para suami tetap mempertahankan ketulusannya itu. (Bayu Gautama).